Berita
Inovasi Tanpa Batas dari Muharor, Sang Pencipta Alat di Tulungagung
TULUNGAGUNG – “Apa yang tidak bisa dibuat untuk mempermudah pekerjaan manusia?” Pertanyaan ini terus mengalir dari bibir Muharor, seorang pria sederhana asal Desa Suruhan Kidul, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung.
Di tengah kesederhanaan hidupnya, Muharor telah menciptakan puluhan alat inovatif yang bertujuan untuk mengurangi beban kerja masyarakat, Minggu(9/3).
Keberhasilan Muharor dalam menciptakan berbagai alat ini menjadi sorotan, terutama ketika diketahui bahwa latar belakang pendidikannya bukan dari jurusan teknik, melainkan dari Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Namun, ketidakberpihakan pendidikan formal tidak menghalangi kreativitasnya untuk mengubah wajah produktivitas di desanya.
Di antara hasil karyanya, terdapat alat tanam padi otomatis, alat penancap paku parut, mixer roti, alat perajang keripik, dan yang terbaru adalah alat pembelah bambu sekaligus pengirat.
Dengan semangat tak kenal lelah, Muharor meyakini bahwa semua hal bisa dipermudah dengan kecerdasan dan keterampilan manusia.
“Sebenarnya, apapun bisa kita buat, sebab apa yang tidak bisa kita akali, ketika barang itu terlihat dan kasat mata,” tegasnya.
Namun, di balik keberhasilan tersebut, perhatian pemerintah terhadap inovasi yang dihasilkan masih minim.
Muharor berharap agar pemerintah lebih peka terhadap para kreator dan pemikir seperti dirinya, yang menghabiskan waktu dan energi untuk berkarya demi kemajuan masyarakat.
“Saya sudah puluhan tahun menekuni bidang ini. Meskipun banyak alat yang membantu produktivitas masyarakat, masih banyak yang kurang mengapresiasi. Namun, ya begitulah pekerjaan; harus dinikmati,” ujarnya dengan penuh kesabaran.
Di tengah tantangan dan pemikiran masyarakat yang cenderung konvensional, Muharor berkomitmen untuk terus menciptakan alat-alat yang dapat membantu masyarakat, terutama di era digitalisasi saat ini.
“Alat sederhana tetap dibutuhkan untuk mempermudah pekerjaan manusia, terutama dalam bidang pertanian dan industri kecil yang semakin terpuruk,” tegasnya.
Prestasi yang diraihnya melalui organisasi Posyantek Bersinar (Pos Pelayanan Teknologi) patut diacungi jempol.
Organisasinya pernah meraih juara provinsi dan masuk dalam sepuluh besar nasional dalam pengelolaan dan penemuan alat.
“Kami seharusnya didorong dan diapresiasi, bukan dimanfaatkan,” harap Muharor.
Kisah inspiratif Muharor seharusnya menjadi panggilan bagi masyarakat dan pihak berwenang untuk lebih menghargai dan mendukung inovasi lokal yang mampu memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan bersama.
Dengan demikian, perjalanan Muharor dan alat-alat buatannya akan semakin menginspirasi generasi mendatang untuk berkarya demi masa depan yang cerah. (Mas)