Opini

Safari dan Safety Politik dalam Perayaan Kemenangan Idul Fitri

Published

on

TULUNGAGUNG– Dalam suasana perayaan Idul Fitri, keberanian untuk meluruskan berbagai anggapan dan opini masyarakat pasca pesta demokrasi menjadi sebuah langkah penting.

Euforia kemenangan yang dirasakan tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, melainkan harus menjadi kesempatan untuk introspeksi dan evaluasi diri.

Puasa dan hari raya, serta tradisi berjabat tangan, merupakan refleksi politik yang diajarkan dalam ajaran agama.

Islam memberikan pelajaran berharga tentang perjuangan dan pesta yang sering kali terlupakan dalam euforia kemenangan.

Pertanyaan mendasar pun muncul.

“Apakah kita benar-benar menjalankan ibadah puasa atau sekadar mengikuti arus ?

Semua umat Islam disatukan dalam satu ungkapan, “Minal aidin wal faidzin,” yang menekankan pentingnya saling memaafkan.

Di era teknologi informasi, momen Idul Fitri sering dimanfaatkan untuk saling memaafkan, meskipun banyak yang melakukannya melalui media sosial.

Emotikon dan ucapan di platform digital seolah menjadi pengganti interaksi langsung, namun esensi saling memaafkan tetap harus dijunjung tinggi.

Bagi para politisi, Idul Fitri menjadi momen strategis untuk memperbaiki komunikasi yang mungkin terhambat selama proses politik.

Dalam suasana saling memaafkan, mereka berkesempatan untuk membuka jalan bagi kelanjutan visi dan misi mereka.

Namun, tidak jarang momen ini juga dimanfaatkan untuk bersilaturahmi dengan atasan, demi menjaga posisi dan mendapatkan dukungan.

Idul Fitri, dengan segala maknanya, mengajak kita untuk tetap menjaga kerukunan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Semua tergantung pada bagaimana kita menjalankan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga momen ini membawa berkah dan memperkuat tali persaudaraan di antara kita. (Mas-red)

Penyelaras: Donny Docken

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Exit mobile version